Apakah anda sedang mengikuti akun influencer favorit di Instagram atau TikTok? Coba perhatikan lagi, bisa jadi dia bukan manusia, tapi ciptaan kecerdasan buatan. Di tahun 2025, dunia maya dibanjiri sosok digital ultra-realistis yang mengaburkan batas antara manusia dan mesin.
![]() |
Gambar Hanya Ilustarsi Sumber: pexels.com |
Fenomena ini dikenal sebagai AI Clone Influencer, yaitu figur digital yang dirancang dengan bantuan teknologi AI seperti deepfake wajah, sintesis suara, dan video generator berbasis model seperti Sora dan Runway. Hasilnya? Influencer yang tampak nyata, bisa berbicara, bergerak, bahkan melakukan live streaming tanpa pernah benar-benar ada di dunia nyata.
“Saya baru tahu setelah 3 minggu follow ternyata dia bukan orang beneran. Padahal kontennya relatable banget,” ujar Rani (22), pengguna TikTok asal Bandung, yang mengikuti akun AI bernama @KiaraSynth.
AI influencer seperti NARA.ai, Reyy.AI, dan JUNOproject mulai muncul di berbagai platform, mengumpulkan jutaan pengikut dan bekerja sama dengan brand besar untuk promosi produk, musik, hingga kampanye sosial. Beberapa dari mereka bahkan terlibat dalam NFT, voice-over iklan, dan virtual fashion show.
Tren ini membawa dampak besar:
> Efisiensi untuk brand: Tak ada drama, tak ada hari libur, konten bisa dibuat cepat dan konsisten.
> Tantangan etika: Siapa yang bertanggung jawab jika AI menyebar hoaks atau menyinggung isu sensitif?
> Kebingungan publik: Banyak netizen mulai merasa bingung dan bahkan cemas, mana yang nyata, mana yang hanya kode?
Pakar digital dan etika teknologi mulai menyerukan pentingnya labelisasi konten AI, agar publik tahu ketika mereka berinteraksi dengan non-manusia.
“Bukan soal melarang, tapi tentang transparansi. Kita berhak tahu apakah kita sedang berbicara dengan manusia atau hanya simulasi,” kata Dr. Satria Widjaya, pakar AI dan komunikasi dari Universitas Indonesia.
Fakta Singkat:
Sebuah survei global pada Mei 2025 menunjukkan bahwa 4 dari 10 pengguna media sosial tidak bisa membedakan influencer AI dari manusia dalam waktu 15 detik pertama melihat konten.
Akhir Kata:
Fenomena “Manusia atau Mesin?” bukan sekadar tren teknologi ini adalah babak baru dalam cara kita berinteraksi, mempercayai, dan memahami dunia digital. Dan mungkin, pertanyaan terbesarnya adalah:
Apakah kita siap hidup berdampingan dengan dunia yang semakin tidak bisa dibedakan dari realitas?
No comments:
Post a Comment